Tidak Mendustakan Nabi

(25)

PARA pemuka Quraisy pada umumnya tidak mendustakan Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam. Mereka tidak pernah menyatakan kepada Baginda Nabi bahwa beliau adalah seorang pendusta.

Mereka tahu bahwa sejak kecil beliau terkenal jujur. Hanya saja mereka membenci, membantah, menyangkal, dan mendustakan ayat-ayat Allah yang beliau siarkan.

Bahkan, Abu Jahal dan para kawannya bersikap makin congkak lantaran keingkaran mereka terhadap ayat-ayat-Nya. Karena kesombongan mereka, sampai mengeluarkan kata-kata tantangan kepada Allah, “Ya Allah, jika yang didatangkan kepada Muhammad benar dan nyata, hujanilah kami dengan batu dari langit atau turunkan azab yang pedih atas bumi.”

Namun Allah menjawab dalam wahyu-Nya, “Ingatlah, ketika mereka berkata, “Ya Allah, jika ini adalah kebenaran dari-Mu, hujanilah kami batu dari langit, atau berilah azab yang pedih menyakitkan.” Tapi Allah tidak mau mengazab mereka, di saat kau berada di tengah-tengah mereka. Allah tidak mengazab suatu kaum, yang di dalamnya ada orang beriman beristigfar.” (Al-Anfal: 32-33).

Andaikan Baginda Nabi dan para sahabat tidak berada di tengah-tengah mereka, Allah akan menurunkan azab sebagaimana yang mereka pinta saat itu juga. Tetapi, oleh karena beliau dan kaum muslimin yang berada di tengah-tengah mereka masih selalu beribadah dan memohon ampun, Allah pun menahan siksa yang mereka minta.

Jika mereka tidak pongah, tentu bukan azab yang mereka mohonkan. Tetapi, oleh karena mereka keras hati dan besar kepala, mereka tidak meminta hidayah. Oleh karenanya, apabila Baginda Nabi membacakan ayat-ayat Al-Qur’an, serta merta mereka mengolok-olok beliau.

Seperti, pada suatu waktu, para pemuka Quraisy ini mendatangi beliau dan mengejek, “Muhammad, hati kami tertutup rapat dari seruan engkau. Kami tidak mengerti apa yang engkau katakan. Di telinga kami ada sumbatnya. Kami tidak mendengar apa yang engkau katakan karena antara kami dan engkau ada tabir yang menghalangi. Sebaiknya, engkau biarkan kami melakukan apa saja yang biasa kami lakukan, karena kami tak mengerti sedikit pun yang engkau katakan dan lakukan.”

Jadi, apabila Baginda Nabi membaca ayat-ayat Al-Qur’an, Allah mengadakan antara Nabi dan orang-orang yang tidak mau percaya kepada akhirat suatu tabir. Allah meletakkan tutup di hati-hati mereka, sehingga mereka tak mengerti ayat-ayat Al-Qur’an. Sehingga, tatkala Baginda Nabi menyebut nama Allah di dalam ayat-ayat Al-Qur’an, mereka cepat-cepat membelakangi. 

Pernah suatu hari, saat Nabi sedang duduk dekat Ka’bah bersama Walid bin Mughirah, salah seorang hartawan dan ketua Quraisy. Sebagaimana biasa, beliau menyampaikan dakwah kepadanya. Tiba-tiba datang Nadhar bin Harits yang sempat mendengar seruan Baginda Muhammad tersebut. Nadhar ikut duduk seraya menyahut dengan perkataan-perkataan yang kurang sopan, yang intinya ia membantah apa yang beliau katakan.

Baginda Nabi lantas membacakan ayat, “Kamu semuanya dan segala yang kamu sembah selain Allah akan menjadi bahan bakar neraka Jahanam, kamu semuanya akan memasukinya. Kalau yang mereka sembah adalah Tuhan yang pantas disembah, mereka tak akan masuk neraka. Dan semuanya akan kekal di dalamnya. Di dalam neraka mereka berkeluh kesah, namun jeritan mereka tidak mendengar.” (Al-Anbiya’: 98-100). Kemudian beliau pun pergi meninggalkan perbincangan tersebut.

Nadhar tidak berkata sepatah kata pun mendengar bacaan itu. Kemudian, datang pemuka Quraisy yang terkenal sebagai sastrawan, Abdullah bin Az-Ziba’ra. Walid bin Mughirah berujar kepadanya, “Nadhar bin al-Harits tidak bisa berdiri dan tidak pula bisa duduk menghadapi anak Abdullah bin Abdul Muthalib tadi. Dan Muhammad menganggap kita dan apa-apa yang kita sembah sebagai kayu api di neraka jahanam.”

“Jika saya mengetahuinya, Muhammad pasti akan saya bantah dan saya kalahkan,” tukas Abdullah bin Az-Ziba’ra, “Cobalah kamu tanyakan kepada Muhammad, apakah semua yang disembah selain Allah akan masuk ke neraka bersama orang-orang yang menyembahnya? Padahal kami menyembah malaikat, orang Yahudi menyembah Uzair, dan orang Nasrani menyembah Isa bin Maryam, bukan? Apakah mereka juga akan masuk neraka?”

Mendengar itu, Walid bin Mughirah sangat tertarik. Ia dan pemuka Quraisy lain yakin bahwa selanjutnya mereka akan bisa membantah Baginda Muhammad. Mereka akan memperoleh kemenangan. 

Baginda Nabi mendengar laporan dari sahabat-sahabatnya tentang ucapan Abdullah bin az-Ziba’ra dan keyakinan para pemuka Quraisy yang berasa akan menang dalam perbantahan dengan beliau. “Tiap-tiap orang yang suka disembah orang lain, selain daripada Allah, maka ia akan bersama orang-orang yang menyembahnya. Sesungguhnya, mereka hanya menyembah setan dan menyembah orang yang memerintahkan mereka supaya disembahnya.” Sabda sang Baginda.

Demikian. []

Baca juga: Hinaan Pemuka Quraisy

Posting Komentar

0 Komentar