Ke Habasyah Lagi

(26)

TIPU MUSLIHAT kaum kafir Quraisy terhadap Baginda Nabi tidak mendatangkan hasil, malah sebaliknya seruan beliau makin lama semakin berkembang, semakin meluas.

Para pemuka Quraisy mengadakan rapat tertutup di Darun Nadwah membahas persoalan Baginda Muhammad dan seruannya. Dan mereka memutuskan bahwa jiwa Muhammad harus dimusnahkan dari pergaulan kaum Quraisy, dalam arti Baginda Muhammad harus dibunuh.

Tapi hasil keputusan tersebut bocor dan sampai ke telinga Abu Thalib. Maka, ia memanggil keluarga besar Bani Hasyim dan Bani Muthalib, di mana sang Baginda memang sesilsilah karena beliau masih satu kakek kepada Hasyim dan Muthalib.

Setelah berkumpul di rumah Abu Thalib, ia menyerukan agar martabat keluarga keturunan Hasyim dan Muthalib dijaga betul, dengan cara masing-masing harus memastikan keselamatan Muhammad. Jangan sampai kecolongan sehingga kaum Quraisy berhasil mengeksekusi Rasulullah di dalam kampungnya.

Ajakan Abu Thalib ini disetujui oleh segenap keluarga besar kecuali Abu Lahab yang sedari awal memendam kebencian kepada Baginda Muhammad. Lagi pula ia termasuk salah seorang prajurit Quraisy yang akan membunuh Nabi Saw.

Setelah seruan Abu Thalib diterima, yang persis bulan Muharram tahun ketujuh kenabian, mereka berhimpun masuk ke dalam kampung (syi’ib) Bani Hasyim dan Bani Muthalib. Sang Baginda dijaga ketat oleh segenap keluarganya, baik yang sudah Islam maupun yang masih kafir, terutama Abu Thalib, orang tua budiman yang sedemikian cintanya kepada sang Nabi. Apabila datang malam, jika Abu Thalib tidur, beliau dijaga oleh saudaranya yang lain, demikian berganti-ganti.

Nah, mula-mula para pemuka Quraisy tidak menduga bahwa keluarga Bani Hasyim dan Bani Muthalib akan sebegitu ketat mengawal dan mengadakan pembelaan yang besar atas diri Muhammad, terutama mereka yang belum mengikuti seruan beliau. Ternyata, yang masih kafir pun setiap hari turut menjaga beliau dengan sangat ketat.

Oleh sebab itu, pemuka-pemuka Quraisy tidak dapat menjalankan rencana untuk membunuh beliau. Mereka berunding lagi, dan bersepakat untuk mengadakan pemboikotan terhadap keluarga Bani Hasyim dan Bani Muthalib, serta semua pengikut Muhammad.

Adapun butir undang-undang pemboikotan yang ditulis oleh Manshur bin Ikrimah itu sebagai berikut:

1. Muhammad dan kaum keluarganya serta kaum pengikutnya tidak diperkenankan menikah dengan orang-orang Quraisy yang lain, baik yang laki-laki maupun yang perempuan.

2. Kaum Quraisy tidak diperkenankan berjual beli barang apa saja dengan Muhammad dan keluarganya serta pengikutnya.

3. Kaum Quraisy tidak diperkenankan menjalin persahabatan atau pergaulan dengan Muhammad dan kaum keluarganya serta pengikutnya.

4. Kaum Quraisy tidak diperkenankan mengasihi dan menyayangi Muhammad dan kaum keluarganya serta pengikutnya.

5. Undang-undang yang telah ditetapkan ini, sesudah ditulis dan digantungkan di dalam Ka’bah, ditetapkan sebagai undang-undang suci kaum Quraisy dan keluarga Muhammad serta pengikutnya.

6. Undang-undang ini berlaku selama keluarga Bani Hasyim dan Bani Muthalib belum menyerahkan Muhammad kepada kaum Quraisy untuk dibunuh. Bilamana Muhammad sudah diserahkan kepada mereka, undang-undang ini tidak berlaku lagi.

Dengan adanya undang-undang pemboikotan itu, Baginda Nabi tidak sampai hati melihat kaum muslimin turut mengalami kesempitan hidup dan kesengsaraan sebagaimana diri beliau dan keluarga. Maka, sang Baginda memerintahkan mereka supaya hijrah ke negeri Habasyah, sebagaimana sebelumnya (bisa dibaca Hijrah Pertama). 

Oleh sebab itu, sebagian besar kaum muslimin menjalankan perintah beliau hijrah ke Habasyah untuk yang kedua kalinya. Mereka yang berhijrah berjumlah 101 terdiri 83 laki-laki dan 18 perempuan. Yang menjadi kepala rombongan sekaligus yang bertanggungjawab atas segala sesuatu yang berkenaan dengan kaum muhajirin adalah Ja’far bin Abi Thalib.

Ketika itu, kaum muslimin yang ada di Yaman, berjumlah 50 orang yang dipimpin Abu Musa al-Anshari, mendengar berita bahwa Nabi dan para pengikutnya hijrah ke Habasyah. Maka, mereka menyusul ke Habasyah.

Setiba di Habasyah, mereka mencari Nabi, tetapi tak bertemu karena memang beliau tidak ikut hijrah. Dan Ja’far selaku kepala rombongan meminta mereka supaya berdiam dulu untuk sementara waktu di Habasyah. Akhirnya, mereka yang dipimpin Abu Musa ini turut tinggal di Habasyah bersama rombongan dari Makkah, hingga entah sampai kapan keadaan Makkah aman. 

Demikian. [] 

Catatan: Syi'ib Bani Hasyim dan Bani Muthalib ini suatu kampung tempat dilahirkannya Baginda Nabi Mauhammad Shalallahu 'alaihi wasallam dan khusus untuk tempat kediaman kaum keluarga Bani Hasyim dan Bani Muthalib.

Baca juga: Tidak Mendustakan Nabi

Posting Komentar

0 Komentar