Quraisy Ingin Mundur


HUBAB bin Al-Muhdzir bertanya kepada Baginda Nabi, “Ya Rasulullah, berkenaan dengan tempat ini, apakah ini tempat yang Allah menempatkanmu di sini sehingga kita tidak boleh lebih maju darinya dan tidak boleh lebih mundur darinya? Ataukah tempat ini dipilih menurut pendapatmu sebagai strategi perang?”

“Ini berdasarkan pendapatku sebagai strategi perang,” jawab sang Baginda.

“Kalau begitu,” sahut Hubab, “bukanlah tempat yang tepat. Kita pergi lebih dekat ke sumber air yang dekat dengan orang-orang Quraisy. Kita berhenti di sana dan kita tutup dan timbun sumber air tersebut, lalu kita buat kolam dan kita penuhi dengan air. Setelah itu barulah kita berperang melawan orang-orang Quraisy, dengan keadaan kita bisa minum, sedangkan mereka tidak bisa minum.”

“Pendapatmu sungguh tepat,” sabda Baginda Nabi.

Seketika itu juga Baginda Rasul dan para sahabat bergerak. Mereka berjalan hingga tiba di sumber air yang dekat dengan orang-orang Quraisy. Mereka bikin kolam. Mereka alirkan air sumber ke kolam tersebut, dan kemudian sumur tersebut ditutup dan ditimbun.

Orang-orang Quraisy terus bergerak. Dan ketika Baginda Rasul melihat mereka turun dari Aqanqal, bukit pasir yang menjadi jalur pergerakan kaum Quraisy menuju lembah, beliau bermunajad, “Ya Allah, inilah orang-orang Quraisy datang dengan kecongkakan dan kesombongan mereka, untuk kemudian mereka memusuhi-Mu, dan mendustakan Rasul-Mu. Ya Allah, berikan pertolongan-Mu yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, hancurkan mereka pagi ini.”

Ketika orang-orang Quraisy berhenti, beberapa orang dari mereka—termasuk Hakim bin Hizam—berjalan sampai tiba di kolam, Baginda Rasul bersabda, “Biarkan saja Hakim bin Hizam.”

Saat itu, tak seorang pun dari orang-orang Quraisy yang mendekat kolam, kecuali langsung dibunuh, terkecuali Hakim bin Hizam. Dia tidak dibunuh dan kemudian dia masuk Islam, dengan keislaman yang baik. Sejak saat itu, setiap kali Hakim bersumpah, dia selalu berkata, “Demi Dzat yang menyelamatkanku pada Perang Badar.”

Kemudian orang-orang Quraisy mengirim Unair bin Wahab untuk menghitung jumlah sahabat yang turut menyertai Baginda Nabi. Unair pun dengan berkuda mengelilingi perkemahan pasukan Baginda Rasulullah. Setelah itu ia mengabarkan kepada kaum Quraisy, “Jumlah sahabat Muhammad kurang lebih tiga ratus orang. Namun, berilah aku waktu agar aku dapat melihat kembali apakah mereka mempunyai kekuatan cadangan atau bala bantuan.”

Dan Unair setelah kembali mengelilingi perkemahan kaum Muslimin, tak melihat atau menemukan apa-apa. Tetapi ia mengungkapkan, “Wahai  Quraisy, aku memang tidak menemukan apa-apa, tapi justru aku merasakan gelombang petaka yang membawa kematian. Unta-unta Yatsrib datang membawa kematian yang mengerikan. Mereka adalah suatu kaum yang tidak mempunyai perlindungan dan tempat bersandar kecuali pedang-pedang yang mereka miliki. Demi Allah, aku tidak melihat seorang pun dari mereka akan terbunuh, kecuali sebelumnya dia lebih dulu membunuh seseorang dari kalian.”

Kemudian Utbah bin Rabi’ah berdiri dan berpidato, “Wahai orang-orang Quraisy, kalian tidak akan mampu mengerjakan apa-apa jika menghadapi Muhammad dan sahabat-sahabatnya. Jika kalian bisa mengalahkannya, dia akan tetap memandang wajah orang lain yang tidak suka untuk melihatnya. Dia telah membunuh saudara sepupunya dari jalur ayahnya, atau sepupunya dari jalur ibunya, atau salah seorang dari keluarganya. Pulanglah kalian semua, dan biarkanlah Muhammad dengan seluruh orang Arab. Apabila mereka berhasil mengalahkannya memang itulah yang kalian inginkan. Namun, apabila itu tidak terjadi, maka dia dapati kalian tidak berusaha melakukan apa pun padanya sesuai niat yang kalian ingin lakukan padanya.”

Ya, begitulah, ternyata kemudian Utbah dan sebagian orang-orang Quraisy ingin mundur dari padang Badar.   

Baca juga: Abu Jahal Enggan Balik

Posting Komentar

0 Komentar