Abu Jahal Enggan Balik ke Makkah

KALA itu Basbas bin Amr dan Adi bin Abu Az-Zaghba’ pergi hingga berhenti di Badar dan menghentikan tunggangan mereka di sebuah bukit kecil yang berdekatan dengan mata air. Mereka lalu mengambil tempat air dari kulit untuk diisi.

Pada saat itu, Majdi bin Amr Al-Juhani sedang berada di sumber air. Tiba-tiba Adi dan Basbas mendengar suara dua budak perempuan milik Majdi yang tengah berada di sumber air itu. Rupanya keduanya sedang mengurus masalah utang. 

Budak perempuan yang ditagih berkata kepada budak yang menagihnya, “Kafilah dagang itu akan sampai besok atau lusa. Apabila mereka telah tiba aku akan bekerja pada mereka, dan uang hasil kerjaku akan kupakai untuk melunasi utangku padamu.”

Majdi berkata kepada budak perempuan yang ditagih, “Engkau benar.” Majdi bin Amr membiarkan kedua perempuan itu dan ternyata hal itu terdengar oleh Adi dan Basbas. Adi dan Basbas lalu duduk di atas unta mereka, lalu kembali pulang hingga tiba di tempat Baginda Rasul. Mereka pun melaporkan kepada beliau tentang semua yang mereka dengar.

Tak lama setelah itu, Abu Sufyan bin Harb bergerak bersama kafilah dagangnya dengan hati-hati, sampai akhirnya kafilah itu mendekati sumber air Badar. Abu Sufyan bin Harb bertanya kepada Majdi bin Amr, “Apakah engkau merasakan ada seseorang di tempat ini?”

“Aku tidak melihat seorang pun yang patut kucurigai. Hanya saja tadi aku melihat dua musafir berhenti dengan tunggangan mereka di bukit pasir ini, mereka mengambil air sebentar lalu pergi lagi.” Jawab Majdi.

Abu Sufyan bin Harb pun bergegas mendatangi tempat pemberhentian kedua orang yang disebutkan Majdi itu. Dia lalu mengambil kotoran unta milik kedua orang itu, kemudian meremasnya kuat-kuat. Ternyata di dalam kotoran itu terdapat biji kurma.

Abu Sufyan bergumam, “Ini kotoran binatang dari Yatsrib.”

Abu Sufyan bin Harb pun buru-buru menemui sahabat-sahabatnya, kemudian dia mengubah arah perjalanannya dengan bergerak ke arah pantai dan meninggalkan Badar di sisi kirinya dengan cepat.

Pada waktu bersamaan, orang-orang Quraisy terus berjalan. Ketika mereka berhenti di Al-Juhfah, Juhaim bin Shalt bin Makhramah bermimpi dalam tidurnya. Bahwa dalam tidurnya, ia melihat seseorang datang dengan menunggang seekor kuda dan berkata, “Akan terbunuh Utbah bin Rabi’ah, Syaibah bin Rabi’ah, Abul Hakam bin Hisyam, Umayyah bin Khalaf, si Fulan, dan si Fulan …” Dia melanjutkan dengan menyebutkan pemuka-pemuka Quraisy yang nanti benar-benar tewas dalam Perang Badar.

Mimpi Juhaim ini pun diceritakan kepada Abu Jahal, tapi dia menyangkal isyarat di balik mimpi tersebut. “Nah, ini dia nabi lain dari Bani Muthalib. Besok dia akan tahu siapa yang terbunuh, ketika kita telah berhadap-hadapan.” 

Di tempat lain, ketika Abu Sufyan bin Harb telah berhasil menyelamatkan diri dan kafilah dagangnya, dia menulis surat kepada orang-orang Quraisy yang isinya berbunyi, “Sesungguhnya kalian keluar dari Makkah untuk melindungi unta-unta, orang-orang, dan harta benda kalian. Kini Allah telah menyelamatkan itu semua. Oleh sebab itulah, kembalilah kalian!”

Tetapi setelah membaca surat itu, Abu Jahal menolak kembali. “Kita tidak akan kembali pulang hingga kita sampai Badar,” tegasnya.

Pada saat itu, Badar merupakan salah satu tempat pertemuan orang-orang Arab. Di tempat itu ada pasar yang diselenggarakan setiap tahun. Dan Abu Jahal berseru, “Kita tinggal di sana selama tiga hari. Di sana kita memotong unta, memberi makan orang-orang, minum khmar, budak-budak perempuan bernyanyi untuk kita, orang-orang Arab akan mendengar tentang kita, perjalanan, dan kekompakan kita, agar selamanya mereka takut kepada kita. Jadi teruskanlah kalian bergerak.”

Sementara Akhnas bin Syariq berpikir beda. Ia menyarankan,”Wahai orang-orang Bani Zuhrah, Allah telah menyelamatkan harta kekayaan dan sahabat kalian Makhramah bin Naufal. Sesungguhnya kalian berangkat untuk melindunginya dan melindungi harta kekayaan kalian. Jadi biarkan aku dianggap pengecut, dan pulanglah kalian semua. Karena kalian tidak perlu keluar tanpa ada kepentingan yang jelas. Tidak seperti yang dikatakan orang ini.” 

Dan orang yang Akhnas maksud adalah Abu Jahal. Sehingga, orang-orang dari Bani Zuhrah pun mengikuti sarannya. Mereka semua balik pulang. Jadi tidak ada satu pun dari Bani Zuhrah yang bakal terlibat Perang Badar.

Pada saat itu pula, Thalib bin Abi Thalib yang tengah berada di tengah-tengah kaum Quraisy, orang-orang Quraisy menyudutkan dirinya akibat kabar kepulangan Bani Zuhrah. “Demi Allah wahai Bani Hasyim, sesungguhnya kami sudah tahu walaupun kalian keluar bersama kami, tapi sebenarnya hati kalian bertaut dengan Muhammad.”

Begitulah, orang-orang Quraisy minus Bani Zuhrah terus bergerak hingga tiba di lembah yang jauh, di belakang Aqanqal, di tengah lembah Yalail, yang terletak antara Badar dan Aqanqal. Mereka berada jauh dari sumur Badar yang terletak di lembah dekat dari tengah lembah Yalail menuju Madinah. 

Pada saat itu Allah menurunkan hujan, sehingga tanah yang dilewati orang-orang Quraisy menjadi lembek. Orang-orang Quraisy pun telat tiba di sumur Badar ketimbang rombongan Baginda Nabi.

Baginda Nabi beserta rombongan sahabat, berkat hujan, mendapati tanah yang mereka lewati justru menjadi padat. Sehingga, mereka lebih dulu mendatangi sumber air yang paling dekat dengan Badar.

Demikian. []     

Baca juga: Keberangkatan ke Badar

Posting Komentar

0 Komentar