JAUH SEBELUM diutus sebagai nabi, bahkan sebelum kelahiran beliau, para rabi Yahudi, pendeta Nasrani, dan dukun Arab telah membicarakan tentang kemunculan Baginda Rasulullah Saw.
Para rabi Yahudi dan pendeta-pendeta Nasrani menyampaikan soal kemuculan nabi ini berdasar informasi dari kitab-kitab suci mereka. Sementara para dukun Arab menerima kabar dari setan golongan bangsa jin. Pada saat itu setan-setan bangsa jin belum dihalau ketika mencuri berita langit dengan lemparan bintang-bintang.
Dan masa itu pula, dukun-dukun lelaki dan perempuan terus menyampaikan berbagai hal yang berkaitan beliau Baginda Muhammad, sehingga berita tentang kemunculan nabi menyebar ke seantero bangsa Arab, meskipun sebagian besar orang-orang Arab tidak peduli dengan apa yang mereka sampaikan, sampai akhirnya Allah Swt. mengutus Rasulullah Saw. Maka, mulai saat itulah, orang-orang Arab menyadari kebenaran penuturan para dukun.
Nah, di Yaman ada satu kabilah yang memercayai kehadiran nabi yang tersiar itu, jauh sebelum beliau diangkat Allah Swt., yakni kabilah Janb. Di tengah mereka, tepatnya di sebuah kaki gunung, ada seorang dukun. Mereka berkumpul di kaki gunung tempat dukun itu tinggal, dan memintanya untuk menelisik siapa nabi yang dimaksud.
Setelah itu, ketika matahari terbit, dukun tersebut turun menemui mereka. Dukun itu berdiri dengan bersandar pada sebatang busur panah miliknya. Ia menengadahkan kepala ke langit lama sekali, lalu melompat seraya berkata, “Wahai kalian, sesungguhnya Allah telah memuliakan dan memilih Muhammad. Dia juga menyucikan hati dan isi perutnya. Tetapi dia tidak akan lama tinggal di tengah-tengah kalian.”
Setelah itu, si dukun kembali naik ke gunung tempat tinggalnya.
Kemudian, ketika waktu pengangkatan Rasulullah Saw. semakin dekat, setan-setan mulai dihalau agar mereka tidak dapat mencuri kabar langit. Mereka diusir dari tempat-tempat yang tadinya mereka jadikan sebagai tempat duduk untuk menguping perbincangan. Mereka dilempari dengan bintang. Saat yang demikian, para setan atau jin ini pun menyadari bakal terjadi perkara besar yang Allah tetapkan.
Setelah Baginda Muhammad diangkat sebagai nabi dan rasul, perkara jin itu pun diceritakan oleh Allah Swt. kepada beliau (baca QS. Al-Jin: 1-10). Dan seusai bangsa jin mendengar Al-Qur’an itu, mereka pun sadar bahwa mereka kini dihalau agar tidak mendengarkan kabar langit.
Suatu saat, ketika sudah di Madinah, Baginda Rasul bertanya kepada kaum Anshar, “Apa pandangan kalian tentang bintang yang digunakan untuk melempar?”
“Wahai Nabiullah, dulu ketika kami melihat bintang tersebut dilempar, pertanda seorang raja telah meninggal dunia, seorang raja telah diangkat, seorang anak telah lahir, dan seorang bayi telah meninggal dunia.” Jawab mereka.
“Tidak demikian,” sabda beliau, “tetapi itu adalah ketika Allah Ta’ala menetapkan sesuatu urusan atas makhluk-Nya, lalu didengar oleh para malaikat pemikul Arasy, mereka pun bertasbih dan bertasbih pula siapa saja yang berada di bawah mereka. Demikianlah tasbih itu terus dan terus berlanjut turun ke bawah hingga mencapai langit dunia.
“Mereka semua bertasbih dengan sebagian dari mereka bertanya kepada sebagian lainnya, ‘Mengapa kalian bertasbih?’ Mereka menjawab, ‘Karena malaikat-malaikat yang berada di atas kami bertasbih, makanya kami ikut bertasbih.’ Mereka bertanya lagi, ‘Mengapa kalian tidak menanyakan kepada para malaikat yang di atas kalian, apa yang membuat mereka bertasbih?’ Alhasil, mereka saling tanya jawab ke atas hingga berakhir pada malaikat pemikul Arasy.
“Kepada para malaikat pemikul Arasy itu pun ditanyakan, ‘Mengapa kalian semua bertasbih?’ Para malaikat pemikul Arasy menjawab, ‘Allah telah menetapkan perkara anu dan anu kepada makhluk-Nya.’
“Maka kemudian, kabar itu terus turun ke bawah dari satu langit ke langit berikutnya hingga mencapai langit dunia. Mereka membicarakannya, dan pada saat itulah setan-setan mencuri dengar dengan disertai sangkaan dan kesalahpahaman. Mereka lalu membawa semua itu kepada dukun-dukun dari kalangan penghuni bumi. Dukun-dukun lalu membicarakan hal itu, dan mereka terkadang salah dan terkadang benar. Tetapi kemudian Allah Swt. menghalangi setan-setan dengan bintang-bintang yang dilemparkan ke mereka, sehingga terhentilah perdukunan sampai hari ini, dan tidak ada perdukunan lagi.”
Ibnu Ishaq menjelaskan, maksud perdukunan dari keterangan Baginda Nabi adalah perdukunan yang prosesnya seperti zaman jahiliah, perdukunan yang mendapatkan informasi dari bangsa jin yang mencuri dengar kabar langit. Dan yang demikian sudah tidak ada lagi sekarang (semenjak diutus Baginda Muhammad Saw).
Demikian!
Baca juga: Pernikahan dengan Khadijah

0 Komentar