Permintaan Para Pemuka Quraisy

(23)

PADA suatu waktu, serombongan pemuka Quraisy datang kepada Muhammad Saw. di antaranya Walid bin Mughirah, Abu Jahal bin Hisyam, Ash bin Wa’il, Aswad bin Abdi Yaghuts, Ash bin Hisyam, Abu Lahab bin Abdul Muthalib, dan lain-lainnya. Mereka mengajukan permintaan kepada beliau.

“Muhammad, jika engkau betul-betul menjadi pesuruh Allah, cobalah bulan itu engkau belah menjadi dua. Jika engkau dapat membelahnya, kami akan percaya sepenuhnya bahwa engkau benar-benar pesuruh Tuhan yang didatangkan kepada kami.”

Permintaan mereka ini bertepatan saat bulan bersinar terang, ketika sedang bulan purnama. Dan permintaan ini juga sengaja buat mengejek Baginda Nabi.

Baginda Nabi diam. Dan saat yang demikian Allah menunjukkan kuasa-Nya, meminta beliau mengacungkan jari telunjuk menunjuk bulan. Seketika juga bulan terbelah menjadi dua, “Saksikanlah benar-benar, bulan sudah terbelah menjadi dua!”

Mereka semua melihat dengan nyata bahwa bulan purnama itu benar-benar terbelah menjadi dua, tapi tetap saja menyangkal, “Sungguh ini adalah sihir! Sihir buatan Ibnu Abi Kabsyah! Sekarang, engkau memang betul-betul dapat menyihir kami!”

Salah seorang dari mereka turut menimpali, “Ya, meskipun engkau dapat menyihir mata kami, tetapi belum tentu dapat menyihir mata orang lain selain yang di sini.”

Yang lain menyahut, “Baik, kita tunggu kedatangan orang-orang pelayaran! Apakah mereka juga melihat seperti yang kita lihat. Kalau mereka melihat persis kita, berarti peristiwa ini benar, tapi jika mereka tidak melihat bulan terbelah dua, berarti ini hanyalah sihir.”

Allah menurunkan wahyu-Nya pada malam itu pula, “Telah makin mendekat kiamat dan bulan pun terbelah. Orang musyrik bila melihat ayat kebesaran Allah selalu berpaling, dan berkata, ‘Inilah sihir yang berkelanjutan’. Mereka selalu membohongkan dan mengikuti hawa nafsunya yang dirasa menyenangkan, dan semua akan berakhir pada tempat yang ditetapkan.” (Al-Qamar: 1-3).

Padahal nyata-nyata keadaan bulan terbelah menjadi dua itu tampak juga di tempat lain. Malahan begini, sebagian bulan tampak di atas sebuah gunung, dan sebagiannya lagi di atas gunung yang lain. Kelihatan juga oleh penduduk Makkah sekitar Ka’bah bahwa gunung Hira ada di antara belah bulan.

Setelah orang-orang pelayaran dari luar kota tiba di Makkah, para pemuka bertanya, dan ternyata orang-orang dari luar kota itu pun menyaksikan secara gamblang fenomena bulan terbelah dua. Pemuka-pemuka Quraisy itu mengangguk membenarkan, tetapi lagi-lagi tetap menyangkal kenabian Baginda Muhammad, dan mereka terus berkampanye bahwa itu fenomena sihir yang sengaja dibuat Baginda Rasul Saw.

Masih belum puas, suatu hari mereka meminta lagi kepada Nabi Saw., yang mereka yakin beliau tak akan sanggup memenuhi.  

“Muhammad, cobalah sekali lagi biar kami tambah yakin bahwa engkau benar-benar pesuruh Tuhan! Lenyapkan gunung-gunung yang menghimpit kita supaya keadaaan kota Makkah menjadi lebih luas. Lalu di dalamnya terdapat mata air yang mengalirkan air di kanan kiri kota seperti kota-kota di Syam, Irak, dan Mesir. Terus hendaklah engkau meminta pada Tuhanmu untuk menghidupkan Qushay bin Kilab, karena ia adalah orang yang sangat berjasa bagi kita semua.”

Baginda Nabi menjawab tegas tuntutan aneh-aneh mereka itu, “Bukan untuk itu aku diutus kepada kalian. Aku diutus dengan apa yang telah aku terima dari Allah, dan aku sampaikan kepada kalian semua. Jika kalian menerima, itulah bagian kalian di dunia dan akhirat. Jika kalian menolak, aku akan bersabar menyerahkan hal ini kepada keputusan-Nya, sehingga Allah memberi keputusan di antara aku dan kalian.”

Beliau membacakan ayat (Ar-Ra’d: 31-32), “Kalaupun Quran dapat menggerakkan gunung, atau mencabik bumi atau dapat menghidupkan mayat mereka tidak juga beriman, di tangan Allah segala urusan. Apakah orang mukmin tidak bosan mengharap, sekiranya Allah menghendaki, Ia akan memberi petunjuk seluruh manusia. Dan orang-orang kafir akan selalu ditimpa bencana karena perbuatannya, atau kamu (Muhammad) tinggal dekat mereka sampai datang janji Allah, mereka juga tidak beriman. Allah sungguh tidak akan memungkiri janji. Para rasul sebelummu sungguh telah diperolok-olokkan. Aku masih memberi waktu kepada orang-orang kafir untuk percaya, kemudian akan Kuazab mereka. Betapa sangat ngerinya azab itu.

Demikian jawaban Allah atas permintaan mereka yang mencari-cari jalan untuk membantah seruan Baginda Nabi. Sehingga, seolah Allah menghibur beliau agar tidak heran dan sedih atas permintaan-permintaan konyol dari para penggede Quraisy, karena memang sunnatullah para utusan sebelumnya pun dipermainkan oleh orang-orang kafir. Dan siksa Allah atas mereka masih ditangguhkan, tetapi siksa itu akan tetap dijatuhkan ke mereka. []

Catatan

  1. Panggilan “Ibnu Abi Kabsyah” artinya anak laki-laki Abu Kabsyah. Baginda Nabi mendapat gelar demikian dari kebanyakan kaum musyrikin Quraisy karena di masa kecilnya pernah diasuh oleh Abu Kabsyah, suami Halimah yang menyusukan beliau. Nama “Abu Kabsyah” adalah gelar yang artinya Bapak Kabsyah. Adapun nama aslinya Harits bin Abdul-Uzza dan ia mempunyai anak perempuan yang dinamakan Kabsyah. 
  2. Para pemuka Quraisy acap memanggil beliau dengan panggilan Ibnu Abi Kabsyah adalah hendak menghina beliau, yang berarti seolah beliau anak Abu Kabsyah, seorang dusun dari Bani Sa’ad.
  3. Peristiwa terbelahnya bulan menjadi dua merupakan salah satu mukjizat yang dikehendaki Allah atas Nabi Saw. Dan hadits yang meriwayatkan ini terdapat dalam kitab Sahih Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Turmudzi, dan Musnad Ahmad.
  4. Dalam surah Ar-Ra’d: 31 terkandung pula suatu keterangan bahwa jika ada kitab bacaan yang dapat melenyapkan gunung, membelah bumi, dan orang mati dapat berbicara dengan yang masih hidup, niscaya Al-Qur’anlah yang mampu.

Posting Komentar

0 Komentar