Yang Pertama Yang Beriman

(12)

SESUDAH Nabi Saw. menerima wahyu tujuh ayat pertama surah Al-Mudatstsir, beliau memulai dakwah dengan cara sembunyi-sembunyi. Beliau berseru kepada orang-orang dekat dan teman sejawat.

Seruan pertama ditujukan kepada orang-orang serumah. Kedua kepada orang-orang yang bersahabat dan atau kenal dekat. Dan ketiga, ditujukan kepada orang-orang yang berhubungan agak dekat.

Menurut riwayat, yang pertama beriman adalah sang istri, Khadijah binti Khuwailid. Kemudian, suatu hari Baginda Muhammad sedang bersembahyang bersama Khadijah, tiba-tiba Ali datang masuk rumah. Ia melihat mereka berdua ruku dan sujud serta membaca ayat-ayat yang telah diturunkan. Dengan diam dan tenang, ia menanti sembari mengamati mereka bersembahyang. Setelahnya, Ali memberanikan diri bertanya, “Kepada siapa kalian bersujud?”

“Kami bersujud kepada Allah yang telah membangkitkan aku menjadi nabi dan telah memerintahkan supaya berseru dan mengajak manusia menyembah kepada-Nya juga.” Sabda Baginda Nabi.

Mendengar itu, Ali dengan tegas menyatakan beriman kepada beliau, tanpa terlebih dahulu meminta pertimbangan Abu Thalib. “Allah telah menciptakan aku dengan tidak bermusyawarah kepada Abu Thalib, maka kenapa pula aku mesti bermusyawarah dengannya untuk menyembah Allah?” katanya.

Tak lama kemudian, Zaid bin Haritsah pun mengikuti jejak Ali. Dengan tulus ikhlas ia mengikuti seruan sang Baginda memeluk agama Allah. Dengan demikian, orang-orang yang serumah dengan sang Baginda Nabi telah beriman dan mengikuti seruan beliau.

Sedang dari kalangan sahabat, Abu Bakar-lah yang pertama menyatakan siap berdiri di sisi Baginda Saw. untuk bersama-sama menyembah Allah Ta’ala. Lantas, dengan bantuan Khadijah dan Abu Bakar, dari hari ke hari bertambahlah orang-orang yang beriman kepada seruan beliau, baik laki-laki maupun perempuan.

Dari pihak laki-laki, muncul nama-nama seperti Utsman bin Affan, Zaid ibnul Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash, Thalhah bin Ubaidillah, Arqam bin Abil Arqam, Abdullah bin Mas’ud, Amar bin Yasir, Yasir, Sa’id bin Zaid, Amir bin Abdullah, Utsman bin Mazh’um, Qudamah bin Mazh’um, Abdullah bin Mazh’um, Khalid bin Sa’ad, Ja’far bin Abi Thalib, Khabbab ibnul Art, Bilal bin Rabah, Abi Zarrin al-Ghafari, Abu Salamah, Imran bin Hasyim, Hasyim, Amir bin Said, dan Ubaidilah bin Harits.

Dari kalangan perempuan: Shafiyyah binti Abdul Muthalib, Lubahah, Ummul Fadhal binti Harits, Ummu Salamah (istri Abu Salamah), Asma binti Abu Bakar, Aisyah binti Abu Bakar (masih anak-anak), Asma binti Umais (istri Ja’far), Fathimah binti Khattab (istri Said bin Zaid), Sumayyah (ibu Amar, istri Yasir), dan lain-lain lagi.

Latar belakang mereka rata, ada yang dari golongan hartawan, bangsawan, kalangan biasa, hingga hamba sahaya. Mereka lebih kurang tiga tahun memeluk dan mengikuti seruan Baginda Muhammad secara diam-diam, secara sembunyi-sembunyi. Apabila mereka hendak mengerjakan salat, mereka menjauh dari kota Makkah, seperti di celah-celah bukit, agar tak diketahui atau dilihat para tetua Makkah.

Demikian! []

Catatan: 

1. Ali adalah salah seorang putra Abu Thalib yang diasuh Nabi sejak usia dua tahun guna turut meringankan beban paman dan bibi beliau. Ketika mengikuti seruan Islam, Ali baru berumur kurang lebih 10 tahun.  

2. Khadijah mengajari Ali membaca dan menulis. Maka, tak aneh, Ali tumbuh menjadi sosok pintar. Setelah dewasa menjadi ahli bahasa, puisi, dan kaligrafi Arab, serta pelopor pendidikan Islam. Bahkan sang Baginda menuturkan, "Ali adalah gerbang lembaga pengetahuan dan pendidikan."

Baca juga: Saat Menerima Wahyu  

Posting Komentar

0 Komentar