(15)
BIASANYA, golongan yang sedemikian getol merintangi laju kebenaran yang dibawa para nabi, atau para filsuf, itu dari kalangan bangsawan, dan pengusaha besar. Dan ini terjadi juga pada Baginda Muhammad Saw.
Abu Lahab beserta istri, Aura (yang terkenal dengan sebutan Ummu Jamil), sesudah Baginda Nabi mengadakan pertemuan kedua, mulai bekerja sekuat daya, masuk kampung keluar kampung, untuk merintangi seruan beliau.
Nah, Abu Lahab (bernama asli Abdul Uzza) ini, selain merupakan paman beliau, adalah salah satu pemuka Quraisy terkemuka yang getol berperangai sebagai perintang dakwah sang Baginda. Adapun pemuka-pemuka Quraisy yang turut menyertai usahanya antara lain Abu Jahal (Amr bin Hisyam), Umar bin Khattab (sebelum masuk Islam), Uqbah bin Abi Mu’aith, Aswad bin Abdul Muthalib, Ash bin Wail, Walid bin Mughirah, Nadhar bin Harits, Aswad bin Abdi Jaghuts, Hakam bin Abil Ash, dan Abu Sufyan bin Harb (sebelum masuk Islam).
Setiap hari dan malam, Abu Lahab beserta kroninya ini menjelek-jelekkan Baginda Muhammad. Bahwa Muhammad itu orang muda yang otaknya miring, pendusta besar, penyesat dan pemecah belah masyarakat Quraisy, dan seterusnya.
Bahkan Abu Lahab dan Ummu Jamil telah berikrar untuk tidak lagi sebagai famili dekat. Mereka pantang lelah mencari-cari celah agar Baginda Muhammad tak diikuti dan dipercaya banyak orang. Sampai-sampai Allah Swt. mengumumkan bahwa, “Ia (Abu Lahab) akan dimasukkan ke dalam neraka yang menyala. Demikian juga istrinya yang suka membakar dengan fitnah, pada lehernya terdapat tali sabut yang dipintal.” (Al-Lahab: 3-5)
Dan sebagaimana biasa, begitu menerima wahyu, sang Baginda membacakannya di hadapan para sahabat. Dan berikutnya mereka akan saling meneruskan antarsahabat, sehingga di kalangan muslim telah menjadi rahasia umum bahwa Abu Lahab dan istrinya dilaknat Allah.
Aura pun mendengar dan merasa dirinya diejek Nabi sebagai perempuan pembawa kayu bakar dan di lehernya ada tali dari sabut yang dipintal. Ia marah dan mendatangi rumah Baginda Rasul, “Adakah engkau melihat aku membawa kayu bakar? Apakah engkau juga melihat di leherku ada tali dari sabut?”
Namun sang Baginda mendiamkan saja.
Pada hari lain, Aura mendatangi lagi rumah beliau. Dan saat itu ada Abu Bakar, yang lantas meminta beliau agar tak menampakkan diri di hadapan istri Abu Lahab ini.
“Biarlah!” kata Baginda Nabi, “karena antara aku dan dia akan terdinding.”
Dan benar saja, begitu Ummu Jamil masuk rumah hanya mendapati Abu Bakar. Ia sama sekali tak melihat Baginda Nabi yang berdiri di sisi Abu Bakar. “Abu Bakar, betulkah sahabatmu itu selalu menghina aku begini… dan begitu….?”
“Tidak!” tegas Abu Bakar. “Dia tidak menghina kamu. Dia hanya membacakan firman Tuhan.”
Setelah Aura berlalu, Abu Bakar berkata lega, “Dia benar-benar tidak melihat engkau.”
“Malaikat selalu menutup-nutupi, sehingga ia tak melihat aku.” Jawab beliau.
Begitulah, betapa Abu Lahab dan kelompoknya tergoncang dengan kerasulan sang Baginda Saw. Tetapi, saat Abu Lahab dan kawan-kawan semakin giat melangkahkan kaki guna memadamkan terang kebenaran, mencari-cari alasan guna menghasut beliau, justru seruan beliau semakin diperbincangkan banyak orang, menjadi perhatian publik.
“Itu cucu Abdul Muthalib, Muhammad, mendaku diri sebagai nabi, telah menerima wahyu dari langit. Lantas ia mencela sembahan kita. Mencaci maki agama kita, agama yang dipeluk leluhur kita. Membodoh-bodohkan kita. Menghina apa-apa yang kita puja dan yang dipuji nenek kita dulu, serta mengatakan kita semua ini terkurung dalam kesesatan.” Hasut Abu Lahab.
Tak berhenti pada Baginda Nabi, hasutan Abu Lahab dan kawan-kawannya itu juga ditujukan kepada Abu Thalib. Namun, segala hasutan itu, oleh paman beliau tak begitu dihiraukan. Hanya diterima dan didengarkan begitu saja.
Nah, suatu waktu, jari tangan Baginda Nabi kejatuhan batu dari atas. Sehingga bengkak. Beliau tak mengetahui siapa yang melemparkan batu tersebut. Dan ternyata luka itu lumayan merepotkan, sehingga selama tiga hari beliau tak keluar rumah, lantaran demam.
Kemudian Aura bertandang ke rumah sang Baginda, pura-pura menengok, tapi aslinya mengejek. “Kok Muhammad jarang keluar rumah ya? Tidak lagi menyebar berita ajaib. Apa setanmu itu telah meninggalkan kamu? Ia tak sudi lagi mendekatimu, atau mungkin lagi marah kepadamu.”
Ejekan itu, Aura tiupkan pula ke seantero kota Makkah, sehingga virallah bahwa Muhammad telah ditinggalkan Tuhan. “Bahkan Tuhan sangat marah, maka Muhammad malu keluar rumah!” terang Aura.
Dalam hati sang Baginda pun berduka, tetapi Allah Ta’ala menghibur, “Demi waktu duha yang ceria. Demi malam bila gelap dan sunyi. Tuhanmu sama sekali tak akan meninggalkanmu dan tak akan membencimu.” (Ad-Dhuha: 1-3)
Demikian tingkah perangai Abu Lahab beserta Aura! []
Baca juga: Pokok Seruan

0 Komentar