(1)
PERNIKAHAN antara dua mempelai Quraisy (Muhammad dengan Khadijah) itu sungguh berada di luar dugaan orang-orang. Pihak kaum Quraisy, umumnya terutama famili dari kedua belah pihak mempelai, tak seorang pun menyangka sebelumnya bahwa kedua orang itu bakal bertemu dan menikah.
Baginda Muhammad adalah seorang pemuda miskin, dari kecil sudah tidak berayah dan tidak beribu dan menjadi buruh penggembala kambing. Beliau juga tidak pernah kenal mata uang. Dan semenjak berumur delapan tahun hingga 25, hanya dikenal sebagai pemuda jujur sekaligus berbudi luhur.
Sedangkan Sayyidah Khadijah, pada usia 26 tahun, adalah seorang perempuan yang telah menjanda dua kali dan seorang hartawati. Selama menjadi janda telah berulang kali dipinang oleh orang-orang dari golongan hartawan dan bangsawan Quraisy. Tetapi dia menolak dengan alasan tidak akan menikah lagi. Dan Sayyidah Khadijah tiga tahun lebih tua dari Baginda Muhammad.
Saat itu, Khadijah benar-benar bak primadona. Sekali lagi, banyak yang mengejar. Para bangsawan dan hartawan berangan-angan pada Khadijah. Bahkan tak sedikt yang rela akan menceraikan istri-istrinya, sekira Khadijah bersedia dipinang. Namun, takdir bicara lain.
Allah Swt. telah menakdirkan kedua orang itu harus bertemu dan menikah, maka tiada seorang pun yang dapat menolak atau merintanginya. Takdir Allah atas makhluk-Nya itu tentu dengan ilmu dan hikmah-Nya, sehingga takdir-Nya yang berlaku atas kedua orang mempelai tentu dengan Ilmu dan Hikmah-nya pula.
Sesudah hari perhelatan dengan Sayyidah Khadijah, Baginda Muhammad pindah dari tempat tinggal pamannya, Abu Thalib, ke rumah istrinya, Bunda Khadijah, untuk memulai lembaran baru, hidup berumah tangga, hidup mejadi suami, dan selanjutnya hidup menjadi ayah.
Keadaan rumah tangga Baginda Muhammad ini jauh berbeda dengan rumah tangga orang-orang Arab Quraisy. Pribadi sang Baginda dalam pergaulan sehari-hari dengan sang istri menunjukkan sedemikian cinta kasih beliau kepada Sayyidah Khadijah. Sekali lagi, sangat jauh dengan kebiasaan masa itu, yang suka merendahkan dan menghinakan seorang istri. Dan Sayyidah Khadijah, demikian juga halnya. Ia benar-benar merasakan luapan kasih yang tak bertara. Sehingga, kasih dan cintanya kepada sang suami melebihi daripada sebelum berlangsungnya pernikahan.
Dalam urusan mata pencaharian, Baginda Muhammad hanya memberi bantuan dan menolong istrinya, ikut mengurus perniagaannya. Dan pada waktu itu, Sayyidah Khadijah selalu memperhatikan benar-benar akan segala gerak-gerik dan perangai suaminya. Semakin hari kian takjub kepada sang suami.
Betapa tidak. Beliau, sekalipun menjadi suami seorang hartawati besar, tetapi cara hidup Baginda Muhammad sederhana seperti biasanya, tidak suka kemewahan. Makanan dan minumannya sangat sederhana dan tidak banyak, demikian pula dalam soal berpakaian sangat sederhana. Beliau sangat memperhatikan dan suka menolong kehidupan orang-orang dari golongan kaum lemah, fakir miskin, dan janda-janda yang sengsara, yang pada umumnya mereka itu tidak begitu diperhatikan oleh para bangsawan, atau pun para hartawan Quraisy.
Dan semenjak itu pula, kekayaan Sayyidah Khadijah bertambah besar, lantaran perniagaannya kian maju dan keuntungan yang diperolehnya pun bertambah banyak. Berkat sang suami, kekayaan yang besar itu digunakan untuk menolong orang-orang yang kekurangan, yang terundung sengsara.
Akibat perhatiannya yang demikian, rumah tangga Sayyidah Khadijah ini menjadi tempat kembali bagi orang-orang yang mengharapkan dan membutuhkan pertolongan, seperti para janda yang menderita sengsara, para anak yatim piatu yang selalu menderita lapar, dan orang-orang yang sehari-harinya menderita kekurangan. Setiap hari, mereka datang berduyun-duyun ke rumah Sayyidah Khadijah yang dikepalai oleh Baginda Muhammad untuk meminta bantuan dan mengharapkan pertolongan atas segala yang dibutuhkan.
Sayyidah Khadijah akan dengan tulus serta ikhlas, menyerahkan segenap harta kekayaannya kepada sang suami yang dicintainya untuk dikelola guna turut meringankan beban siapa pun yang datang mengharap bantuan dan pertolongan.
Demikian keadaan rumah tangga Baginda Muhammad. []

0 Komentar