Sekilas Kaum Yahudi Era Nabi Muhammad (1)

ENTAHLAH, tetiba hari ini saya tertarik untuk merunut kisah kaum Yahudi pada era Baginda Nabi Saw., tepatnya kaum Yahudi di Madinah. Sepertinya mereka pantang lelah untuk menjatuhkan sang Baginda. 

Adalah Bani Qainuqa, kaum Yahudi pertama yang memerangi Rasulullah Saw. Hal ini saya merujuk Al-Maghazi yang ditulis al-Waqidi, kitab klasik yang dianggap paling otoritatif terkait peperangan-peperangan yang dialami Baginda Nabi. Juga dari Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam.

Al-Waqidi mencatat, begitu nyata adanya kedengkian besar dalam dada kaum Yahudi Bani Qainuqa terhadap kaum Muslim.

Dan kedengkian serta kebencian tersebut mulai mereka kobarkan setelah kaum Muslim memenangi Perang Badar, sebuah kemenangan telak yang tak mereka duga sebelumnya. 

Semenjak itu, api kedengkian tak terbendungkan. Mereka tak menemu cara memadamkannya selain memulai tindak permusuhan. Mereka mencibir kemenangan kaum Muslim di Badar, “Jangan bangga dulu karena kalian menang melawan sekelompok Quraisy yang tidak cakap berperang. Andai kami mau memerangi kalian, kalian pasti takkan sanggup melawan kami.”

Mereka juga berbuat onar. Seperti tindakan kasar beberapa orang Yahudi terhadap seorang perempuan Muslim agar membuka cadar mukanya di hadapan mereka.

Jelas, mereka tak menghargai perempuan Muslim, atau lebih tepatnya mereka dengki terhadap syariat yang dibawa Rasulullah Saw. Dan masih banyak lagi peristiwa yang menunjukkan bahwa kaum Yahudi itu tak dapat melepaskan diri dari watak berkhianat terhadap kesepakatan yang tertera di Piagam Madinah.

Baginda Rasul pun bertindak cepat. Beliau mendatangi perkampungan Yahudi Bani Qainuqa, begitu mereka ketahuan melakukan pelanggaran dan memutus perjanjian. Rasulullah dan segenap sahabat mengepung benteng Bani Qainuqa selama 15 malam. 

Akhirnya mereka menyerah di bawah keputusan Nabi. Dan beliau memerintahkan al-Mundzir ibn Qudamah untuk menangkap dan meringkus mereka dengan sangat ketat.

Abdullah ibn Ubay melewati mereka dan meminta, “Lepaskan mereka!”

Al-Mundzir menjawab, “Apakah kalian akan melepaskan kaum yang diringkus dan diikat oleh Rasulullah Saw. Demi Allah, tak seorang pun yang berani melepaskan mereka kecuali aku akan memenggal lehernya.”

Kemudian Abdullah ibn Ubay mendatangi Rasulullah Saw. “Wahai Muhammad, perlakukan para rekan-rekanku itu dengan baik!” kata Ibn Ubay sembari menarik baju Nabi dari arah belakang.

“Celaka kau!” sabda beliau. “Lepaskan aku!”

“Aku tidak akan melepaskanmu sampai kau memperlakukan mereka dengan baik.” Jawab Ibn Ubay. 

Menghargai permintaan Abdullah ibn Ubay, Rasulullah Saw. melepaskan dan memerintahkan Bani Qainuqa agar meninggalkan Madinah. Mendengar perintah Nabi, Abdullah ibn Ubay masih belum puas, kembali menuntut agar mereka dibiarkan tinggal di rumah-rumah mereka. 

Melihat pembelaan Abdullah ibn Ubay, orang-orang Bani Qainuqa berteriak, “Wahai Abu al-Hubab, kami tidak akan tinggal di sebuah negeri yang telah menimpakan celaka kepadamu, sementara kami tidak mampu membelamu.”

Sebelumnya, Abdullah ibn Ubay memerintahkan mereka agar berlindung di dalam benteng mereka. Awalnya mengira bahwa Abdullah ibn Ubay akan masuk ke dalam benteng bersama mereka. Namun, Abdullah ibn Ubay ternyata mengelabuhi mereka, sehingga mereka harus diam di dalam benteng. 

Memang demikian sikap munafik. Abdullah ibn Ubay seolah tampak baik tapi menjerumuskan. Ia pun tampil bak pahlawan buat kaum Bani Qainuqa di hadapan Rasulullah Saw.

Dalam benteng Yahudi Bani Qainuqa, tak satu pun anak panah yang mereka luncurkan dan tak satu pun dari mereka yang mengadakan perlawanan. Mereka benar-benar tunduk menyerah kepada kaum Muslim. Tatkala benteng terbuka, Muhammad ibn Maslamah dan Ubadah ibn Shamit adalah yang bertugas mengusir dan menyita harta mereka.

Orang-orang Yahudi itu berkata, “Wahai Abu al-Walid dari Aus dan Khazraj, dan kami adalah teman dekatmu, apakah pantas kau melakukan ini kepada kami?”

“Ketika kalian memerangi Rasulullah Saw., maka di antara kita sudah berlepas tangan.” Jawab Ubadah. Ya, pada masa sebelum Nabi Saw. hijrah, Ubadah ibn Shamit ini merupakan sekutu Bani Qainuqa.

Ubadah meminta Bani Qainuqa segera pergi meninggalkan Madinah. Namun, mereka minta kesempatan lagi. Dan Ubadah memberi mereka waktu tiga hari untuk beberes.

Tatkala tiga hari berlalu, Ubadah membuntuti mereka dari jarak yang lumayan, Ubadah berteriak lantang, “Pergilah jauh dan yang paling jauh.”

Kemudian dari riwayat ar-Rabi’ ibn Sabrah, tanpa sengaja dalam perjalanan dari Syam, ia bertemu dengan rombongan Bani Qainuqa ini. Mereka membawa anak-anak dan kaum wanita di atas unta, sedang mereka sendiri berjalan kaki. 

Ibn Sabrah bertanya ke mereka, dan mereka menjelaskan, “Muhammad telah mengusir kami dan merampas harta kami.”

“Lalu kalian mau ke mana?” tanya Ibn Sabrah.

“Kami akan ke negeri Syam.”

Tatkala mereka sampai di Wadil Qura dan tinggal selama sebulan, Yahudi Wadil Qura memberikan kendaraan kepada yang berjalan kaki dan memberikan perbekalan, hingga mereka sampai dan menetap di Andzri’at.

Syahdan, Bani Qainuqa terusir dari Madinah setelah Perang Badar. Pun demikian kaum Yahudi Bani Nadhir, yang mengalami nasib serupa seusai Perang Uhud.

Ibnu Hisyam menceritakan, saat Sabtu di bulan Rabiul Awal tahun 4 Hijriah, Rasulullah Saw. dengan ditemani Abu Bakar, Umar, dan Ali, datang ke perkampungan Bani Nadhir, untuk menyelesaikan persoalan uang tebusan atas kematian dua orang Bani Amir. Antara Bani Amir dan Bani Nadhir terdapat persekutuan dan perjanjian.

“Baiklah, Abu Al-Qasim. Kami akan memenuhi keinginanmu,” ucap Bani Nadhir kepada Baginda Rasul.

Sementara, beberapa orang dari Bani Nadhir berbisik dan merencanakan pengkhianatan. Amr ibn Jihasy berkata, “Aku yang akan naik ke atap rumah dan melemparkan sebongkah batu ke arahnya (maksudnya arah Rasulullah).” Saat itu, Baginda Nabi sedang duduk tepat di sisi dinding rumah salah seorang dari mereka.

Lantas sang Baginda Nabi mendapat kabar dari langit tentang rencana orang-orang Bani Nadhir. Seolah tengah memerlukan sesuatu, beliau bergegas pergi meninggalkan tempat, balik ke Madinah. Para sahabat pun menyusul tak mengerti kenapa Rasulullah tiba-tiba pergi.

Sesampai di Madinah, mereka bertanya heran, “Engkau cepat-cepat berdiri dan pergi tanpa kami sadari.”

“Orang-orang Yahudi itu telah merancang pengkhianatan, dan saat Allah memberitahuku soal itu, aku langsung pergi.” 

Artinya, fakta historis telah bicara, betapa kaum Yahudi tak pernah suka dengan kehadiran Rasulullah Saw. Apalagi setelah kemenangan Perang Badar kian mengukuhkan kedengkian mereka. Maka, setelah Perang Uhud pun Baginda Rasul beserta pasukan Madinah bergerak menuju perkampungan Bani Nadhir. 

Sebelumnya, Bani Nadhir telah bersekongkol dengan kaum Quiraisy, menunjukkan titik-titik kelemahan kaum Muslim Madinah, jelang Perang Uhud. Adalah Ka’ab ibn Asyraf, salah seorang pemuka Bani Nadhir, tidak siap menerima berita kemenangan kaum Muslim di Badar, ia pergi ke Makkah menemui Abu Sufyan. 

Singkatnya, setelah dikepung selama enam hari, kaum Yahudi Bani Nadhir menyerah dan memohon agar sang Baginda mengizinkan mereka keluar Madinah. Mereka semua pergi menyebar, ada yang ke Syam, ada yang ke Khaibar. Hanya dua orang dari mereka yang bersedia memeluk Islam dan tetap diberi hak kepemilikian utuh, Yamin ibn Amir (sepupu Amr ibn Jihasy) dan Abu Sa’d ibn Wahb.

Dari peristiwa dengan Bani Nadhir itu juga bisa kita tangkap bahwa berita yang disampaikan Allah Swt. kepada Rasulullah Saw. tentang rencana makar orang-orang Yahudi merupakan salah satu dari sekian kejadian di luar nalar yang kerap dialami Nabi Saw.

Kejadian di luar nalar itu menunjukkan bahwa Muhammad Saw. tetaplah sebagai pribadi berpredikat nabi yang dikaruniai mukjizat. Beliau bisa melihat langsung sosok malaikat, termasuk Jibril, dengan mata kepala, bukan mata batin atau lewat mimpi. Sebagaimana kali pertama menerima wahyu di gua Hira, sang nabi didekap langsung oleh Jibril.

Alhasil, pribadi kenabian Muhammad Saw. merupakan asas utama bagi eksistensinya, selain tentunya sifat personalnya yang tiada duanya. 

Begitulah sekilas kaum Yahudi, sekilas Bani Qainuqa dan Bani Nadhir.

Ungaran, 4 Oktober 2025

Posting Komentar

0 Komentar